Berkah Kopi Tambora

Awal Bulan Juli 2018 setelah turun dari Gunung Tambora saya bersama teman-teman menyempatkan untuk mengelilingi Dusun Pancasila. Dusun yang terletak di kaki Gunung Tambora ini terkenal sebagai salah satu titik awal pendakian Gunung Tambora selain beberapa desa lain seperti Desa Kawinda To’I atau Desa Piong. Dusun ini tidak terlalu luas, hanya ada beberapa gang saja dengan sebuah lapangan bola di tengah desa. Mengamati dusun ini di sore hari begitu menarik karena hampir semua penduduk dusun melakukan aktivitas yang sama : membereskan kopi yang sudah dijemur seharian atau menggiling kopi.

Rutinitas sore petani kopi di Dusun Pancasila

Kopi dan masyarakat Pancasila merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perkebunan kopi di kaki Gunung Tambora yang dulunya dikembangkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan masyarakat Pancasila tidak bisa terlepas dari tanaman kopi. Kopi merupakan komoditas utama yang dihasilkan oleh masyarakat Dusun Pancasila. Kopi dari daerah ini terkenal dengan sebutan Kopi Tambora karena perkebunan kopinya yang terletak di sepanjang kaki Gunung Tambora. Bukan tanpa alasan pemerintah kolonial Belanda membangun perkebunan kopi di kaki Gunung Tambora, material letusan yang dihasilkan dari letusan dahsyat Gunung Tambora dua abad silam membuat tanah di kaki Gunung Tambora subur dan menghasilkan.  Perkebunan kopi yang dikembangkan oleh Belanda ini tidak hanya sekedar menjadi perkebunan kopi, tetapi turut memengaruhi kultur masyarakat Pancasila. Jangan heran kalau kopilah yang akan selalu dihidangkan kalau kita berkunjung ke Pancasila.

Potensi Agrowisata

Agrowisata secara sederhana dapat diartikan sebagai aktivitas wisata yang berbasis pada kegiatan pertanian. Agrowisata memanfaatkan lahan-lahan pertanian atau perkebunan dan aktivitas bertani sebagai atraksi wisata. Contoh daerah yang sukses mengembangkan agrowisata adalah daerah Batu di Malang yang menegembangkan arowisata di perkebunan apel. Dampak ekonomi yang ditimbulkan cukup besar terutama bagi petani, karena di samping penghasilan utamanya sebagai petani apel mereka juga mendapat bonus penghasilan dari agrowisata. Dusun Pancasila yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani kopi ditambah perkebunan kopi milik warga yang luasnya mencapai ribuan hektar memiliki potensi untuk mengembangkan agrowisata. Apalagi, tren masyarakat saat ini yang sedang menggemari kopi, ditambah lagi popularitas Kopi Tambora yang sedang naik daun. Aktivitas yang dapat dikembangkan adalah kegiatan memanen kopi dan menyiangi tumbuhan liar yang terdapat di kebun, memanen kopi sampai pada proses akhir yaitu menjemur dan menggiling kopi menjadi bubuk kopi. Agrowisata perkebunan kopi ini juga dapat dipadukan menjadi satu paket dengan wisata sejarah. Museum yang menyimpan barang-barang peninggalan milik masyarakat korban letusan dahsyat Gunung Tambora telah dibangun di tengah-tengah perkebunan kopi milik masyarakat dekat situs penggalian arkeologi. Mengunjungi museum sambil beristirahat setelah capek memanen kopi tentunya merupakan aktivitas wisata yang cukup menarik untuk ditawarkan kepada wisatawan. Terlepas dari aspek-aspek daya tarik wisata lain seperti ketersediaan fasilitas pendukung (ATM, sinyal telepon dll), dan aksesibilitas yang belum memadai agrowisata di Dusun Pancasila masih bisa dikembangkan dengan memanfaatkan potensi-poteni lokal yang ada.

Letusan dahsyat Gunung Tambora dua abad silam tentunya tidak melulu tentang duka atau kerugian. Tambora telah memberikan berkah lewat Kopi Tambora, berkah-berkah yang lain tinggal menunggu untuk diperhatikan dan dikembangkan seperti potensi agrowisata ini

 Salam Pesona Indonesia…!!!

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai